Nama : Syarah Ayu Nur
Annisa
NIM : 175231144
Kelas : PBS 1 D
RAGAM BUDAYA ISLAM
DI MASJID NURUL HIDAYAH
Masjid atau baitullah dikenal sebagai tempat peribadahan umat
muslim. Umat muslim biasa melakukan ritual islam didalamnya. Tidak hanya shalat
fardhu saja, melainkan shalat sunnah seperti tarawih pun juga. Ada pula
pengajian, TPA, pengumpulan zakat dan masih banyak kegiatan lainnya. Masjid
termasuk tempat yang suci bagi umat muslim. Dan Allah SWT. sangat menjaga dan
memelihara apa yang Dia miliki. Dibuktikan dengan banyaknya kejadian seperti
bencana alam tanah longsor, banjir, tsunami dimana tempat-tempat di area
sekitar masjid hancur termakan bencana, namun masjid itu sendiri ada yang masih
berdiri kokoh.
Masjid bangunan yang tak akan ketinggalan. Setiap dibangunnya seperti
perkantoran, pusat perbelanjaan, disitu pasti ada masjid. Disetiap perkampungan
maupun kompleks perumahan, terdapat pula masjid yang dibangun. Didalam masjid
biasa terdapat sarana prasarana masjid, seperti mimbar, karpet, sajadah dan
lainnya. Setiap masjid pasti memiliki sejarah dan seluk - beluknya. Membahas
sejarah masjid, kali ini akan diulas mengenai Masjid Nurul Hidayah.
Tulisan ini bertujuan mengetahui awal mula berdirinya Masjid Nurul
Hidayah. Mengetahui keadaan masjid Nurul Hidayah di Nayan. Mengenal berbagai
kegiatan keagamaan islam. Melihat perbedaan didalam masyarakat. Serta mengetahui
kerukunan masyarakarat dalam menjalin ukhuwah. Didalam suatu desa pasti berbeda-beda
paham dan pendapat. Tulisan ini bertujuan pula mengulas bagaimana cara hidup
rukun dalam perbedaan.
Berdasarkan hasil observasi Masjid Nurul Hidayah pada tanggal 20
Oktober 2017 dan 5 November 2017. Penulis mengamati bentuk bangunan, cat tembok,
sarana prasarana. Kemudian, penulis mewawancarai salah satu ta’mir masjid
bernama Bapak Bambang Azis. Selaku bendahara, ia memaparkan sedikit menganai
awal mula berdirinya Masjid Nurul Hidayah. Menjelaskan bagaimana keadaan masjid
dari dulu hingga sekarang. Perubahan positif yang selama ini terjadi.
Kemudian penulis mewawancarai tokoh desa bernama Mbah Marno. Ia
menjelaskan mengenai kegiatan - kegiatan di masyarakat. Mbah Marno salah satu
warga Nayan yang sudah sepuh. Ia banyak menceritakan kebiasaan warga Nayan.
Terutama kegiatan islam di Nayan. Ia juga menceritakan mengenai peristiwa dalam
masyaraktnya.
BERDIRINYA MASJID NURUL HIDAYAH
Awal mulanya, di Dusun Nayan sendiri belum ada masjid yang berdiri.
Namun hal itu tidak menghalangi masyarakat Dusun Nayan untuk melaksanakan
kewajiban shalat. Sebelum ada masjid, masyarakat setempat melakukan ibadah
shalat rumah warga. Dulu, masyarakt Dusun Nayan biasa melaksanakan shalat di
tempat kediaman Pak Mantri maupun Pak Bayan. Tempat ini dipilih karena
tempatnya luas dan dapat menampung jama’ah yang akan shalat. Melihat minimnya
fasilitas pendukung dan ketiadaan sebuah masjid di perkampungan. Seorang tokoh
dari luar bernama Maisuri, mendapatkan ide untuk membangun sebuah masjid di Dusun
Nayan.
Langkah awal yang ia lakukan, mengumpulkan tokoh - tokoh. Guna
membahas rencana pembangunan masjid. Kemudian para tokoh mengumpulkan dana dari
hasil iuran warga setempat maupun donatur dari daerah lain. Dengan terkumpulnya
dana yang tak seberapa, akhirnya dapat dibeli sebidang tanah. Masjid Nurul
Hidayah terletak di tengah - tengah permukiman warga. Masjid ini beralamatkan
pada Rt. 01 / Rw. 07 dusun Nayan. Tempatnya sangat strategis karena tepat
berada di ujung perempatan desa. Masjid
Nurul Hidayah berdiri sekitar tahun 1984 / 1985. Masjid ini berdiri kokoh
diatas tanah yang dibeli secara gotong - royong oleh warga
Kemudian Maisuri memberi
nama masjid itu dengan nama Nurul Hidayah. Secara harfiah, Nurul Hidayah
berasal dari kata “Nur” berarti cahaya dan “Hidayah” berarti
petunjuk. Jadi, Masjid Nurul Hidayah didirikan dengan harapan mendapat
cahaya dan petunjuk Allah SWT. Dengan didirikan sebuah masjid, dapat menjadikan
masyarakat terutama warga Dusun Nayan, lebih khusyu’ lagi dalam beribadah kepada Allah SWT. Walaupun baru
selesai berdiri, jama’ah yang datang pertama kali untuk melakukan shalat
berjama’ah sudah banyak.
KEPENGURUSAN MASJID
Dahulu, ketua dari ta’mir Masjid Nurul Hidayah Alm. Bapak Maisuri.
Dibantu dengan sektretaris dijabat oleh Bapak Wahono. Dan bendahara oleh Bapak
Bambang Aziz. Sepeninggal Bapak Maisuri, ketua ta’mir Masjid Nurul Hidayah
digantikan Bapak Haji Seno. Terbentuklah sebuah tata tertib harus dilakukan
saat berada di masjid. Jika masuk masjid, semua alat elektronik harus
dimatikan. Untuk putra, masuk lewat pintu samping. Sedangkan putri lewat pintu
utama masjid. Bagian putra dengan putri dipisahkan dengan pintu - pintu kaca.
PERUBAHAN POSITIF
Masjid Nurul Hidayah telah mengalami proses renovasi selama dua
kali. Renovasi yang kedua ini telah rampung pada bulan Oktober tahun 2017. Bahan
dan alat menggunakan dana infaq jama’ah serta donatur. Tujuan renovasi,
memperbaiki segala sarana prasarana masjid. Memperbaiki tempat ibadah d agar memberi
kenyamanan para jama’ah. Serta menambah kekhusyu’an dalam beribadah kepada
Allah SWT.
Renovasi Masjid Nurul Hidayah dilakukan secara bergotong - royong.
Beruntungnya, banyak masyarakat setempat yang ahli dalam pembangunan. Bapak H.
Seno dan Bapak Bambang turun langsung dalam pendesainan masjid. Warga saling
bahu - membahu merenovasi masjid. Target utama, mengharapkan masyarakatnya untuk
shalat berjama’ah di masjid. Serta fasilitas masjid yang lebih bagus dan lengkap.
FASILITAS MASJID
Terdapat menara sebagai tempat kubah kecil dan horen. Tersedia
mimbar berfungsi sebagai tempat berkhutbah. Mikrofon digunakan imam waktu
shalat dan berkhutbah. Digunakan pula saat pengajian rutin di masjid. Kipas,
lampu, karpet. Almari sebagai tempat buku - buku bacaan islam. Kotak infaq yang
biasa diputar saat Shalat Jum’at maupun Tarawih. Kondisi Masjid Nurul Hidayah
mengalami perubahan, seperti penambahan toilet. Pemisahan tempat wudhu’ antara
putra dengan putri. Semua fasilitas itu dari swadaya jama’ah. Loyalnya
masyarakat mampu mendukung dan memperlancar kegiatan - kegiatan yang terdapat
dalam Masjid Nurul Hidayah.
KEGIATAN KEAGAMAAN
Pertama, TPA yang diketuai oleh Mas Andi Prayogo bimbingan Pak Tri
Sutrisno. TPA di Masjid Nurul Hidayah berbeda dengan TPA lain. TPA Masjid Nurul
Hidayah sering melakukan outbond. Untuk menambah wawasan dan memperkuat ukhuwah
islamiyah. Biasanya outbond dilakukan di Lapangan Nayan. Kegiatan TPA
berlangsung selama empat kali dalam seminggu.
Dalam bulan Ramadhan, anak - anak TPA dan rimas Nurul Hidayah mengadakan
tadarus hingga khataman. Acara pengkhataman Al-Qur’an dibarengi syukuran dan
buka bersama. Setiap bulan, masyarakat memberi dana rutin sebesar seribu rupiah
untuk kegiatan masjid. Pengajian bapak - bapak rutin setiap malam Minggu.
Sedangkan ibu - ibu, pengajian dilaksankan setiap malam Jum’at. Pengisi
kegiatan pengajian sendiri, 50 % intern dari jama’ah. Dan 50% ekstern oleh
tokoh agama dari desa lain, seperti Pak Muslim dari Nangsri dan tokoh PBNU.
Terdapat masyarakat yang melaksanakan
yasinan dan tahlilan. Beberapa menjalankan kegiatan Rattib al-Haddad. Kegiatan
Rattib al-Haddad biasa dilaksanakan pada hari Selasa. Kegiatan lainnya, seperti
tasyakuran, shalawatan. Dahulu, masyarakat masih melakukan ritual seperti
bersih desa. Walaupun sekarang jarang dilakukan di Nayan. Pada saat memasuki
bulan Sura, dahulu masyarakat sering mengadakan syukuran atau semacamnya.
Begitu pula ketika bulan Sura itu berakhir, ada juga yang melakukan ritual
penutupan sura.
Pada hari Jum’at, beberapa jama’ah membersihkan masjid. Ini
dilakukan dengan tujuan kebersamaan. Ada jama’ah yang menyapu dan mengepel
lantai. Membersihkan toilet dan tempat wudhu. Mencuci karpet masjid serta
menggantinya dengan karpet lain. Kerukunan masyarakat terlihat pada saat - saat
seperti ini. Setelah itu, jama’ah mempersiapkan sound system. Seperti pengecekan
mikrofon, horen dan lainnya. Sebelum waktu shalat jum’at tiba, petugas telah
mempersiapakan lantunan qari’ melalui speaker.
HARI BESAR ISLAM
Hari raya ‘Idul Fitri sangat dinantikan umat muslim. Dimana setelah
‘Idul Fitri diharapkan umat muslim dapat kembali fitrah. Membersihkan jiwa,
memperbaiki diri dari kesalahan, kebodohan masa lalu. Menuju pribadi yang lebih
baik dan suci dari sebelumnya. Momen tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Semua
orang yang bekerja ke luar kota, mudik ke kampung halamannya. Biasanya,
seminggu atau beberapa hari sebelum lebaran, para perantau sudah sampai kampung
halamannya.
Shalat ‘Id dilaksanakan di Lapangan Nayan sendiri. Kumandang takbir
bergema hingga shalat ‘id dilaksankan. Tidak hanya warga Nayan saja yang shalat
disana. Masyarakat desa lain melaksanakan shalat ‘id di Lapangan Nayan. Usai
shalat selesai, para jama’ah pulang ke rumah masing - masing. ‘Idul Fitri
merupakan hari yang sangat istimewa dan paling ditunggu umat muslim. Hidangan
yang biasa disajikan dalam ‘Idul Fitri kue kering, lontong sayur, tak
ketinggalan si kupat.
Momen bahagia campur sedih berlangsung saat sesi maaf - maafan.
Setelah selesai dari anggota keluarga, warga keluar untuk berkumpul di masjid. Untuk melaksankan kegiatan rutin setahun
sekali, halal bihalal. Semua berbaur jadi satu, baik putra, putri, tua, muda.
Untuk halal bihalal sendiri dipisah antara akhwan dengan ikhwan. Sebelum halal
bihahal, sedikit siraman rahani mengawali kegiatan ini.
Warga berkeliling mengunjungi satu rumah ke rumah lain. Pertama
mengunjungi warga yang sepuh. Merembet ke samping - samping rumah warga. Banyak
masyarakat pergi mengunjungi sanak saudara di daerah lain. Tak cukup waktu
sehari untuk melakukan halal bihalal. Setiap waktu rumah tak sepi pengunjung.
Bahkan malam hingga beberapa hari kedepan. Bahkan masih ada juga masjid -
masjid yang mengumandangkan takbir.
Hari raya islam selanjutnya, ‘Idul Adha. Sejarahnya, ‘Idul Adha
dilaksanakan mengenang peristiwa Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Nabi
Ibrahim AS hendak menyembelih Nabi Ismail AS atas perintah Allah SWT. Allah SWT
menggantikan Ismail dengan seekor domba gemuk. Hal inilah yang menjadi cikal
bakal hari raya ‘Idul Adha sebagai hari qurban. Biasanya hewan - hewan yang
akan disembelih diperiksa kualitas tubuhnya. Tidak cacat, tidak sakit, tidak
kurus merupakan standar hewan qurban.
Seluruh hewan qurban dikumpulkan di pekarangan. Kemudian disembelih
oleh ta’mir masjid beserta warga. Pembagian diutamakan kepada warga yang kurang
mampu. Baru setelah itu dibagi rata untuk masyarakat dan sekitarnya. Rimas
bertugas membagi - bagikan daging qurban kepada masyarakat Nayan. Hal ini
menambah kerukunan bagi warga masyarakat terutama bagi warga Dusun Nayan.
Kegiatan seperti peringatan Maulud Nabi masih berjalan. Kita sangat
mengharapkan syafa’at Nabi di Yaumul Akhir kelak. Dengan acara mauludan
diharapkan dapat menambah pengetahuan agama. Dan lebih mengerti kisah - kisah
peristiwa kehidupan sang nabi. Acara mauludan nabi biasa diselenggarakan di
masjid atau jalan utama desa. Semua warga diundang dalam peringatan maulud
nabi. Tak lupa menghadirkan ulama atau ustadz dari luar untuk menambah
pengetahuan agama.
Pejabat desa seperti lurah,
sekdes, bayan juga turut hadir. Tak hanya warga kampung Nayan saja, melainkan
dari jama’ah luar turut mengisi kursi acara. Biasanya, acara peringatan
Mauludan diselenggarakan dengan acara sederhana. Karena yang menjadi tujuan
bukan meriahnya acara, namun pemahaman arti maulud itu sendiri. Banyak orang
kurang mengerti apa itu maulud bahkan kisah - kisah nabi. Zaman sekarang nilai
- nilai agama di masyarakat masih kurang.
FAKTOR PENDORONG KEGIATAN
Banyak pula masyarakat yang terbuka hatinya untuk beribadah kepada
Allah SWT. Para remaja sangat antusias melaksanakan kegiatan. Remaja-remaja
desa Nayan termasuk remaja yang aktif dalam keagamaan. Yang ada dalam pikiran
mereka itu mengajarkan ilmu kepada orang lain. Beramal shalih dan saling
mengasihi antar sesama. Tingginya toleransi menjadi hal utama pendukung
kegiatan. Didukung kesiap - siagaan masyarakat dalam membatu pelaksaan. Itulah yang
jadi dasar kelancaraan dalam mengadakan kegiatan keagamaan.
FAKTOR PENGHAMBAT KEGIATAN
Dari berbagai kegiatan tersebut, masalah biaya menjadi kendala
utama. Tidak semua masyarakat shalat berjama’ah. Berbagai alasan muncul dalam
hal ini. Banyak warga Nayan bekerja di pabrik. Perbedaan paham sering memicu
hal-hal negatif. Di Dusun Nayan sendiri terdapat berbagai paham. Antara NU,
Muhammadiyah, LDII, dan lainnya. Namun hal itu tidak sepenuhnya menjadi
penghambat dalam kegiatan.
SOLUSI YANG DITEMPUH
Untuk mengatasi kendala tersebut, anak - anak risma berkeliling
untuk mengambil dana dari warga masyarakat yang menjadi donatur. Banyak masyarakat
setempat yang mampu mendukung kegiatan - kegiatan. Ta’mir itu pertama hanya
memberi contoh. Disamping itu dalam pertemuan rt, rapat rt memberi. Pada saat acara
jagongan biasanya diajak secara perlahan.
Kemajemukan masyarakat, pro - kontra dalam kegiatan Rattib
al-Haddad tidak menjadi masalah besar. Bagi yang meyakini, rattib itu dapat
berjalan lancar hingga saat ini. Namun, bagi masyarakat yang kontra memberikan
toleransi terhadap masyarakat yang meyakininya. Hanya saja, ta’mir Masjid Nurul
Hidayah mengingatkan agar kegiatan Rattib al-Haddad, dilakukan oleh paham NU
tidak perlu menggunakan horen. Tujuannya agar lebih menghargai masyarakat
selain NU yang tidak menjalankan rattib tersebut.
Arsitektur Masjid Nurul Hidayah masuk arsitektur zaman sekarang.
Dahulu, masjid masih menggunakan tiang penyangga didalamnya. Sedangkan Masjid
Nurul Hidayah, sudah tidak menggunakan tiang - tiang. Dari segi bangunan,
Masjid Nurul Hidayah lebih mengaplikasikan kaca sebagai interiornya. Lebihnya, Masjid
Nurul Hidayah tidak lagi menggunakan bedug. Di zaman modern ini, bedug telah di
gantikan dengan horen dan speaker.
Penulis tidak setuju dengan acara tahlilan, yasinan. Kegiatan islam
benar - benar harus dijalankan sesuai syari’at agama. Kegiatan yang mengarah
pada kemudharatan harus ditinggalkan. Fokus saja pada kemaslahatan. Tidak semua
kegitan diajarkan di masa Rasulullah SAW, seperti tahlilan maupun yasinan. Pada
zaman Nabi, tidak mengenal apa itu yasinan. Tidal semua amalan yang manusia
anggap baik. Baik pula dalam pandangan Allah SWT.
“Kullu bid’atin dhalalah
wa kullu dhalalatin finnar”. Hadits tersebut berarti semua bid’ah adalah
sesat. Semua yang sesat tempatnya di neraka. Ibadah yang dibuat - buat manusia
itu tidak benar. Seperti yasinan, orang kampung menganggap yasinan seperti
kirim do’a kepada orang meninggal. Padahal, orang yang telah meninggal
amalannya sudah terputus. Kecuali amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a
anak shalih.
Masyarakat yang majemuk dapat memainkan toleransi yang baik. Di
Nayan sendiri terdapat banyak paham agama. Ada yang menjalankan ya monggo. Yang
tidak menjalankan juga menghargai. Karena perbedaan itu sangatlah indah.
Bermacam-macam tetapi tetap dalam kerukunan. Islam mengajarkan umatnya untuk
saling menghormati. Tidak suka memaksa dan saling bertoleransi.
Masyarakat Nayan lebih mengedepankan ukhuwah islamiyah. Untuk
perbedaan sendiri tidak begitu dipermasalahkan. Andai muslim Indonesia lebih
bertoleran. Pasti Indonesia akan menjadi damai tanpa keributan. Solidaritas
warga Nayan sangat baik terutama dalam hal kegiatan keagamaan. Guyub rukun
warga menyatukan perbedaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar