Rabu, 22 November 2017

Ragam Budaya Islam Di Masjid Nurul Hidayah

Nama : Syarah Ayu Nur Annisa
NIM   : 175231144
Kelas : PBS 1 D

RAGAM BUDAYA ISLAM
DI MASJID NURUL HIDAYAH

Masjid atau baitullah dikenal sebagai tempat peribadahan umat muslim. Umat muslim biasa melakukan ritual islam didalamnya. Tidak hanya shalat fardhu saja, melainkan shalat sunnah seperti tarawih pun juga. Ada pula pengajian, TPA, pengumpulan zakat dan masih banyak kegiatan lainnya. Masjid termasuk tempat yang suci bagi umat muslim. Dan Allah SWT. sangat menjaga dan memelihara apa yang Dia miliki. Dibuktikan dengan banyaknya kejadian seperti bencana alam tanah longsor, banjir, tsunami dimana tempat-tempat di area sekitar masjid hancur termakan bencana, namun masjid itu sendiri ada yang masih berdiri kokoh.
Masjid bangunan yang tak akan ketinggalan. Setiap dibangunnya seperti perkantoran, pusat perbelanjaan, disitu pasti ada masjid. Disetiap perkampungan maupun kompleks perumahan, terdapat pula masjid yang dibangun. Didalam masjid biasa terdapat sarana prasarana masjid, seperti mimbar, karpet, sajadah dan lainnya. Setiap masjid pasti memiliki sejarah dan seluk - beluknya. Membahas sejarah masjid, kali ini akan diulas mengenai Masjid Nurul Hidayah.
Tulisan ini bertujuan mengetahui awal mula berdirinya Masjid Nurul Hidayah. Mengetahui keadaan masjid Nurul Hidayah di Nayan. Mengenal berbagai kegiatan keagamaan islam. Melihat perbedaan didalam masyarakat. Serta mengetahui kerukunan masyarakarat dalam menjalin ukhuwah. Didalam suatu desa pasti berbeda-beda paham dan pendapat. Tulisan ini bertujuan pula mengulas bagaimana cara hidup rukun dalam perbedaan.
Berdasarkan hasil observasi Masjid Nurul Hidayah pada tanggal 20 Oktober 2017 dan 5 November 2017. Penulis mengamati bentuk bangunan, cat tembok, sarana prasarana. Kemudian, penulis mewawancarai salah satu ta’mir masjid bernama Bapak Bambang Azis. Selaku bendahara, ia memaparkan sedikit menganai awal mula berdirinya Masjid Nurul Hidayah. Menjelaskan bagaimana keadaan masjid dari dulu hingga sekarang. Perubahan positif yang selama ini terjadi.
Kemudian penulis mewawancarai tokoh desa bernama Mbah Marno. Ia menjelaskan mengenai kegiatan - kegiatan di masyarakat. Mbah Marno salah satu warga Nayan yang sudah sepuh. Ia banyak menceritakan kebiasaan warga Nayan. Terutama kegiatan islam di Nayan. Ia juga menceritakan mengenai peristiwa dalam masyaraktnya.
           

BERDIRINYA MASJID NURUL HIDAYAH

Awal mulanya, di Dusun Nayan sendiri belum ada masjid yang berdiri. Namun hal itu tidak menghalangi masyarakat Dusun Nayan untuk melaksanakan kewajiban shalat. Sebelum ada masjid, masyarakat setempat melakukan ibadah shalat rumah warga. Dulu, masyarakt Dusun Nayan biasa melaksanakan shalat di tempat kediaman Pak Mantri maupun Pak Bayan. Tempat ini dipilih karena tempatnya luas dan dapat menampung jama’ah yang akan shalat. Melihat minimnya fasilitas pendukung dan ketiadaan sebuah masjid di perkampungan. Seorang tokoh dari luar bernama Maisuri, mendapatkan ide untuk membangun sebuah masjid di Dusun Nayan.
Langkah awal yang ia lakukan, mengumpulkan tokoh - tokoh. Guna membahas rencana pembangunan masjid. Kemudian para tokoh mengumpulkan dana dari hasil iuran warga setempat maupun donatur dari daerah lain. Dengan terkumpulnya dana yang tak seberapa, akhirnya dapat dibeli sebidang tanah. Masjid Nurul Hidayah terletak di tengah - tengah permukiman warga. Masjid ini beralamatkan pada Rt. 01 / Rw. 07 dusun Nayan. Tempatnya sangat strategis karena tepat berada di ujung perempatan desa.  Masjid Nurul Hidayah berdiri sekitar tahun 1984 / 1985. Masjid ini berdiri kokoh diatas tanah yang dibeli secara gotong - royong oleh warga
Kemudian  Maisuri memberi nama masjid itu dengan nama Nurul Hidayah. Secara harfiah, Nurul Hidayah berasal dari kata “Nur” berarti cahaya dan “Hidayah” berarti petunjuk. Jadi, Masjid Nurul Hidayah didirikan dengan harapan mendapat cahaya dan petunjuk Allah SWT. Dengan didirikan sebuah masjid, dapat menjadikan masyarakat terutama warga Dusun Nayan, lebih khusyu’ lagi dalam  beribadah kepada Allah SWT. Walaupun baru selesai berdiri, jama’ah yang datang pertama kali untuk melakukan shalat berjama’ah sudah banyak.

KEPENGURUSAN MASJID

Dahulu, ketua dari ta’mir Masjid Nurul Hidayah Alm. Bapak Maisuri. Dibantu dengan sektretaris dijabat oleh Bapak Wahono. Dan bendahara oleh Bapak Bambang Aziz. Sepeninggal Bapak Maisuri, ketua ta’mir Masjid Nurul Hidayah digantikan Bapak Haji Seno. Terbentuklah sebuah tata tertib harus dilakukan saat berada di masjid. Jika masuk masjid, semua alat elektronik harus dimatikan. Untuk putra, masuk lewat pintu samping. Sedangkan putri lewat pintu utama masjid. Bagian putra dengan putri dipisahkan dengan pintu - pintu kaca.

PERUBAHAN POSITIF

Masjid Nurul Hidayah telah mengalami proses renovasi selama dua kali. Renovasi yang kedua ini telah rampung pada bulan Oktober tahun 2017. Bahan dan alat menggunakan dana infaq jama’ah serta donatur. Tujuan renovasi, memperbaiki segala sarana prasarana masjid. Memperbaiki tempat ibadah d agar memberi kenyamanan para jama’ah. Serta menambah kekhusyu’an dalam beribadah kepada Allah SWT.
Renovasi Masjid Nurul Hidayah dilakukan secara bergotong - royong. Beruntungnya, banyak masyarakat setempat yang ahli dalam pembangunan. Bapak H. Seno dan Bapak Bambang turun langsung dalam pendesainan masjid. Warga saling bahu - membahu merenovasi masjid. Target utama, mengharapkan masyarakatnya untuk shalat berjama’ah di masjid. Serta fasilitas masjid yang lebih bagus dan lengkap.

FASILITAS MASJID

Terdapat menara sebagai tempat kubah kecil dan horen. Tersedia mimbar berfungsi sebagai tempat berkhutbah. Mikrofon digunakan imam waktu shalat dan berkhutbah. Digunakan pula saat pengajian rutin di masjid. Kipas, lampu, karpet. Almari sebagai tempat buku - buku bacaan islam. Kotak infaq yang biasa diputar saat Shalat Jum’at maupun Tarawih. Kondisi Masjid Nurul Hidayah mengalami perubahan, seperti penambahan toilet. Pemisahan tempat wudhu’ antara putra dengan putri. Semua fasilitas itu dari swadaya jama’ah. Loyalnya masyarakat mampu mendukung dan memperlancar kegiatan - kegiatan yang terdapat dalam Masjid Nurul Hidayah.

KEGIATAN KEAGAMAAN

Pertama, TPA yang diketuai oleh Mas Andi Prayogo bimbingan Pak Tri Sutrisno. TPA di Masjid Nurul Hidayah berbeda dengan TPA lain. TPA Masjid Nurul Hidayah sering melakukan outbond. Untuk menambah wawasan dan memperkuat ukhuwah islamiyah. Biasanya outbond dilakukan di Lapangan Nayan. Kegiatan TPA berlangsung selama empat kali dalam seminggu.
Dalam bulan Ramadhan, anak - anak TPA dan rimas Nurul Hidayah mengadakan tadarus hingga khataman. Acara pengkhataman Al-Qur’an dibarengi syukuran dan buka bersama. Setiap bulan, masyarakat memberi dana rutin sebesar seribu rupiah untuk kegiatan masjid. Pengajian bapak - bapak rutin setiap malam Minggu. Sedangkan ibu - ibu, pengajian dilaksankan setiap malam Jum’at. Pengisi kegiatan pengajian sendiri, 50 % intern dari jama’ah. Dan 50% ekstern oleh tokoh agama dari desa lain, seperti Pak Muslim dari Nangsri dan tokoh PBNU.
Terdapat  masyarakat yang melaksanakan yasinan dan tahlilan. Beberapa menjalankan kegiatan Rattib al-Haddad. Kegiatan Rattib al-Haddad biasa dilaksanakan pada hari Selasa. Kegiatan lainnya, seperti tasyakuran, shalawatan. Dahulu, masyarakat masih melakukan ritual seperti bersih desa. Walaupun sekarang jarang dilakukan di Nayan. Pada saat memasuki bulan Sura, dahulu masyarakat sering mengadakan syukuran atau semacamnya. Begitu pula ketika bulan Sura itu berakhir, ada juga yang melakukan ritual penutupan sura.
Pada hari Jum’at, beberapa jama’ah membersihkan masjid. Ini dilakukan dengan tujuan kebersamaan. Ada jama’ah yang menyapu dan mengepel lantai. Membersihkan toilet dan tempat wudhu. Mencuci karpet masjid serta menggantinya dengan karpet lain. Kerukunan masyarakat terlihat pada saat - saat seperti ini. Setelah itu, jama’ah mempersiapkan sound system. Seperti pengecekan mikrofon, horen dan lainnya. Sebelum waktu shalat jum’at tiba, petugas telah mempersiapakan lantunan qari’ melalui speaker.

HARI BESAR ISLAM

Hari raya ‘Idul Fitri sangat dinantikan umat muslim. Dimana setelah ‘Idul Fitri diharapkan umat muslim dapat kembali fitrah. Membersihkan jiwa, memperbaiki diri dari kesalahan, kebodohan masa lalu. Menuju pribadi yang lebih baik dan suci dari sebelumnya. Momen tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Semua orang yang bekerja ke luar kota, mudik ke kampung halamannya. Biasanya, seminggu atau beberapa hari sebelum lebaran, para perantau sudah sampai kampung halamannya.
Shalat ‘Id dilaksanakan di Lapangan Nayan sendiri. Kumandang takbir bergema hingga shalat ‘id dilaksankan. Tidak hanya warga Nayan saja yang shalat disana. Masyarakat desa lain melaksanakan shalat ‘id di Lapangan Nayan. Usai shalat selesai, para jama’ah pulang ke rumah masing - masing. ‘Idul Fitri merupakan hari yang sangat istimewa dan paling ditunggu umat muslim. Hidangan yang biasa disajikan dalam ‘Idul Fitri kue kering, lontong sayur, tak ketinggalan si kupat.
Momen bahagia campur sedih berlangsung saat sesi maaf - maafan. Setelah selesai dari anggota keluarga, warga keluar untuk berkumpul di  masjid. Untuk melaksankan kegiatan rutin setahun sekali, halal bihalal. Semua berbaur jadi satu, baik putra, putri, tua, muda. Untuk halal bihalal sendiri dipisah antara akhwan dengan ikhwan. Sebelum halal bihahal, sedikit siraman rahani mengawali kegiatan ini.
Warga berkeliling mengunjungi satu rumah ke rumah lain. Pertama mengunjungi warga yang sepuh. Merembet ke samping - samping rumah warga. Banyak masyarakat pergi mengunjungi sanak saudara di daerah lain. Tak cukup waktu sehari untuk melakukan halal bihalal. Setiap waktu rumah tak sepi pengunjung. Bahkan malam hingga beberapa hari kedepan. Bahkan masih ada juga masjid - masjid yang mengumandangkan takbir.
Hari raya islam selanjutnya, ‘Idul Adha. Sejarahnya, ‘Idul Adha dilaksanakan mengenang peristiwa Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Nabi Ibrahim AS hendak menyembelih Nabi Ismail AS atas perintah Allah SWT. Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor domba gemuk. Hal inilah yang menjadi cikal bakal hari raya ‘Idul Adha sebagai hari qurban. Biasanya hewan - hewan yang akan disembelih diperiksa kualitas tubuhnya. Tidak cacat, tidak sakit, tidak kurus merupakan standar hewan qurban.
Seluruh hewan qurban dikumpulkan di pekarangan. Kemudian disembelih oleh ta’mir masjid beserta warga. Pembagian diutamakan kepada warga yang kurang mampu. Baru setelah itu dibagi rata untuk masyarakat dan sekitarnya. Rimas bertugas membagi - bagikan daging qurban kepada masyarakat Nayan. Hal ini menambah kerukunan bagi warga masyarakat terutama bagi warga Dusun Nayan.
Kegiatan seperti peringatan Maulud Nabi masih berjalan. Kita sangat mengharapkan syafa’at Nabi di Yaumul Akhir kelak. Dengan acara mauludan diharapkan dapat menambah pengetahuan agama. Dan lebih mengerti kisah - kisah peristiwa kehidupan sang nabi. Acara mauludan nabi biasa diselenggarakan di masjid atau jalan utama desa. Semua warga diundang dalam peringatan maulud nabi. Tak lupa menghadirkan ulama atau ustadz dari luar untuk menambah pengetahuan agama.
 Pejabat desa seperti lurah, sekdes, bayan juga turut hadir. Tak hanya warga kampung Nayan saja, melainkan dari jama’ah luar turut mengisi kursi acara. Biasanya, acara peringatan Mauludan diselenggarakan dengan acara sederhana. Karena yang menjadi tujuan bukan meriahnya acara, namun pemahaman arti maulud itu sendiri. Banyak orang kurang mengerti apa itu maulud bahkan kisah - kisah nabi. Zaman sekarang nilai - nilai agama di masyarakat masih kurang.

FAKTOR PENDORONG KEGIATAN

Banyak pula masyarakat yang terbuka hatinya untuk beribadah kepada Allah SWT. Para remaja sangat antusias melaksanakan kegiatan. Remaja-remaja desa Nayan termasuk remaja yang aktif dalam keagamaan. Yang ada dalam pikiran mereka itu mengajarkan ilmu kepada orang lain. Beramal shalih dan saling mengasihi antar sesama. Tingginya toleransi menjadi hal utama pendukung kegiatan. Didukung kesiap - siagaan masyarakat dalam membatu pelaksaan. Itulah yang jadi dasar kelancaraan dalam mengadakan kegiatan keagamaan.

FAKTOR PENGHAMBAT KEGIATAN

Dari berbagai kegiatan tersebut, masalah biaya menjadi kendala utama. Tidak semua masyarakat shalat berjama’ah. Berbagai alasan muncul dalam hal ini. Banyak warga Nayan bekerja di pabrik. Perbedaan paham sering memicu hal-hal negatif. Di Dusun Nayan sendiri terdapat berbagai paham. Antara NU, Muhammadiyah, LDII, dan lainnya. Namun hal itu tidak sepenuhnya menjadi penghambat dalam kegiatan.

SOLUSI YANG DITEMPUH

Untuk mengatasi kendala tersebut, anak - anak risma berkeliling untuk mengambil dana dari warga masyarakat yang menjadi donatur. Banyak masyarakat setempat yang mampu mendukung kegiatan - kegiatan. Ta’mir itu pertama hanya memberi contoh. Disamping itu dalam pertemuan rt, rapat rt memberi. Pada saat acara jagongan biasanya diajak secara perlahan.
Kemajemukan masyarakat, pro - kontra dalam kegiatan Rattib al-Haddad tidak menjadi masalah besar. Bagi yang meyakini, rattib itu dapat berjalan lancar hingga saat ini. Namun, bagi masyarakat yang kontra memberikan toleransi terhadap masyarakat yang meyakininya. Hanya saja, ta’mir Masjid Nurul Hidayah mengingatkan agar kegiatan Rattib al-Haddad, dilakukan oleh paham NU tidak perlu menggunakan horen. Tujuannya agar lebih menghargai masyarakat selain NU yang tidak menjalankan rattib tersebut.



Arsitektur Masjid Nurul Hidayah masuk arsitektur zaman sekarang. Dahulu, masjid masih menggunakan tiang penyangga didalamnya. Sedangkan Masjid Nurul Hidayah, sudah tidak menggunakan tiang - tiang. Dari segi bangunan, Masjid Nurul Hidayah lebih mengaplikasikan kaca sebagai interiornya. Lebihnya, Masjid Nurul Hidayah tidak lagi menggunakan bedug. Di zaman modern ini, bedug telah di gantikan dengan horen dan speaker.
Penulis tidak setuju dengan acara tahlilan, yasinan. Kegiatan islam benar - benar harus dijalankan sesuai syari’at agama. Kegiatan yang mengarah pada kemudharatan harus ditinggalkan. Fokus saja pada kemaslahatan. Tidak semua kegitan diajarkan di masa Rasulullah SAW, seperti tahlilan maupun yasinan. Pada zaman Nabi, tidak mengenal apa itu yasinan. Tidal semua amalan yang manusia anggap baik. Baik pula dalam pandangan Allah SWT.
 “Kullu bid’atin dhalalah wa kullu dhalalatin finnar”. Hadits tersebut berarti semua bid’ah adalah sesat. Semua yang sesat tempatnya di neraka. Ibadah yang dibuat - buat manusia itu tidak benar. Seperti yasinan, orang kampung menganggap yasinan seperti kirim do’a kepada orang meninggal. Padahal, orang yang telah meninggal amalannya sudah terputus. Kecuali amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak shalih.
Masyarakat yang majemuk dapat memainkan toleransi yang baik. Di Nayan sendiri terdapat banyak paham agama. Ada yang menjalankan ya monggo. Yang tidak menjalankan juga menghargai. Karena perbedaan itu sangatlah indah. Bermacam-macam tetapi tetap dalam kerukunan. Islam mengajarkan umatnya untuk saling menghormati. Tidak suka memaksa dan saling bertoleransi.
Masyarakat Nayan lebih mengedepankan ukhuwah islamiyah. Untuk perbedaan sendiri tidak begitu dipermasalahkan. Andai muslim Indonesia lebih bertoleran. Pasti Indonesia akan menjadi damai tanpa keributan. Solidaritas warga Nayan sangat baik terutama dalam hal kegiatan keagamaan. Guyub rukun warga menyatukan perbedaan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar